Pages

 

Minggu, 06 Mei 2012

Ljajic Akui Kesalah ke Rossi, tapi itu Tidak Menghina

0 komentar



Jogja - Pemain Fiorentina Adem Ljajic mengakui telah menyindir secara sarkas pelatih Delio Rossi gara-gara diganti. Tapi jika dibilang ia menghina bosnya itu, ia membantah keras.

Insiden Ljajic dan Rossi memang sangat mengejutkan. Marah karena anak buahnya kesal dan mengeluarkan gestur tak suka -- lantaran ditarik ke luar lapangan--, Rossi mencekik, mendorong, dan kemudian memukul pemain 20 tahun itu.
Fiorentina langsung memecat Rossi karena perbuatan itu dinilai sangat tidak pantas dilakukan seorang pelatih. Rossi belakangan minta maaf melalui sebuah konferensi pers. Ljajic tak luput dari hukuman. La Viola membekukan dia dari tim bermain sampai musim berakhir, dan kemungkinan besar akan dijual.

Perihal apa yang menyebabkan Rossi naik pitam, konon Ljajic mengeluarkan kalimat penghinaan dalam bahasa negaranya, Serbia. "Pulang saja ke ibu kamu sana!", kabarnya demikian yang diucapkan si pemain, dengan pilihan kata yang kasar. Rossi mengetahui ungkapan itu karena banyak bekerja dengan orang-orang Serbia sepanjang kariernya.

"Aku ingin menyangkal semua cerita yang menyebutkan bahwa aku menghina Rossi dalam bahasaku," tutur Ljajic kepada La Gazzetta dello Sport, yang dikutip Football Italia.

"Aku tidak masalah untuk mengakui bahwa aku memang mengatakan sesuatu seperti itu. Aku ulangin, aku memang melakukan sebuah kesalahan, tapi provokasiku terbatas pada tepuk tangan dan ungkapan 'bravo maestro, sungguh, kamu hebat sekali'."

"Aku salah, aku marah waktu itu. Tapi meski marah, aku cukup waras untuk menghina. Aku tak pernah mengatakan hal seperti itu, dan aku tidak mengerti kenapa dia (Rossi) menganggapku demikian," simpul Ljajic, yang kabarnya akan coba dilego ke Borussia Dortmund.

Insiden di bench tersebut mengundang kehebohan di Italia. Banyak pihak yang merasa kaget sekaligus menyayangkan perbuatan Rossi.

"Ini keputusan paling menyakitkan dalam karierku," tutur presiden Fiorentina, Andrea Della Vale, saat memecat pelatihnya itu. "Rossi diprovokasi, tapi reaksi seperti itu tidak bisa dibenarkan."

"Tidak ada pembelaan untuk reaksi Rossi. Sangat memalukan buat siapapun di sepakbola," demikian pernyataan dari Federasi Sepakbola Serbia. Tapi mereka juga tak lupa mengkritik Ljajic. "Karena pemain harus selalu menerima keputusan pelatih, dan dia harus berperilaku lebih profesional."

Fans garis keras La Viola, ultras, ketika menyaksikan pemukulan itu bertepuk tangan buat Rossi dan menghina Ljajic dengan kata-kata berbau rasis, yang membuat klub didenda 20 ribu dolar oleh otoritas Seri A.

Penilaian lebih "serius" dilontarkan mantan pelatih kenamaan, Arrigo Sacchi.

"Aksi yang tercela, tapi itulah konsekuensi lingkungan. Sistem sepakbola berjalan dalam banyak ekses. Dan ketika semuanya berlebihan, reaksi-reaksinya jadi seperti itu.

"Kita ini hidup dalam ketidaknormalan yang lengkap, dan kita bahkan tidak menyadarinya. Sepakbola di sini adalah pertahanan sosial dan Anda harus menang dengan cara apapun, sekalipun dengan licik dan curang. Dan kalau Anda hidup dalam sebuah kotak bedak, akhirnya akan meledak," papar Sacchi.

Ljajic sendiri mengakui bahwa dia tidak pernah meminta maaf pada Rossi atas provokasi yang dia lakukan itu.

"Ya benar, aku tidak minta maaf pada pelatih, dan itu adalah salah. Tapi reaksinya pun terlalu keras. Aku berharap bisa segera dimasukkan lagi ke skuad, sehingga aku bisa memberi kontribusi pada tim," imbuh dia.


www.detiksport.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar